Selamat datang di "PunyaKita" blog. Blog 1semua ini merupakan bagian dari tampungan ragam informasi yang diperuntukkan bagi siapa saja untuk menambah wawasan baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk lingkungan di sekitar kita

Sabtu, 22 Juni 2013

Cerita cinta Soekarno dan 9 istrinya


Presiden Soekarno tercatat memiliki sembilan orang istri selama hidupnya. Soekarno memang dinilai sebagai seorang Don Juan yang selalu mempesona wanita. Berkali-kali diakui oleh Soekarno, dirinya memang seorang pemuja wanita cantik.

Mantan Ajudan Soekarno, Bambang Widjanarko menceritakan Soekarno memang jagoan soal wanita. Kharisma Soekarno ditambah intelektualitas yang tinggi, membuat wanita-wanita bertekuk lutut.

Selain itu, Soekarno juga selalu bersikap gallant atau sopan dan hangat pada setiap wanita. Tak peduli wanita itu tua atau muda. Soekarno tak segan-segan mengambilkan minum sendiri untuk tamu wanitanya.

Soekarno juga selalu membantu memegang tangan wanita, jika wanita itu keluar mobil. Dia juga mengumbar pujian pada wanita. Hal ini yang selalu membuat para wanita tersanjung.

Berikut sembilan wanita yang bertekuk lutut dan dipersunting Soekarno. Diolah dari berbagai sumber oleh wartawan merdeka.com Laurencius Simanjuntak, Didi Syafirdi dan Ramadhian Fadillah.


1. Oetari Tjokroaminoto

Oetari Tjokroaminoto adalah istri pertama Soekarno. Soekarno menikahi Oetari tahun 1921 di Surabaya. Ketika menikah usia Soekarno baru 20 tahun sementara Oetari masih 16 tahun.

Oetari merupakan putri guru Soekarno HOS Tjokroaminoto. Soekarno menikahi Oetari untuk meringankan beban keluarga Tjokro. Kala itu istri Tjokro baru saja meninggal.

Soekarno tidak mencintai Oetari sebagaimana seorang suami mencintai istrinya. Begitu pula Oetari. Dunia pergerakan Soekarno dan dunia kanak-kanak Oetari terlalu berseberangan. Hubungan mereka pun lebih seperti kakak-adik.

Pernikahan Soekarno dan Oetari hanya seumur jagung. Soekarno menceraikan Oetari tak lama setelah kuliah di Bandung.


2. Inggit Garnasih

Soekarno kos di Bandung tahun 1921. Sejak awal pertemuan di rumah Inggit Garnasih, dia sudah mengagumi sosok Inggit yang matang dan cantik.

Soekarno berusia 20 tahun dan Inggit berusia 33 tahun kala itu. Pernikahan Inggit dengan Haji Sanusi pun tidak bahagia. Pada sosok Inggit Soekarno menemukan pelabuhan cintanya. Inggit begitu telaten melayani dan mendengarkan Soekarno.

Soekarno merebut Inggit dari Sanusi. Mereka kemudian menikah tahun 1923. Inggit mendampingi Soekarno dalam suka dan duka selama hampir 20 tahun.

Pernikahan Soekarno dan Inggit tidak dikaruniai anak. Tahun 1943, Soekarno menceraikan Inggit yang tak mau dimadu.



3. Fatmawati

Dalam pembuangan di Bengkulu, Soekarno bertemu Fatmawati. Gadis muda ini adalah putri tokoh Muhammadiyah di Bengkulu. Usia Soekarno dan Fatmawati terpaut 22 tahun lebih muda.

Hubungan dengan Fatmawati membuat pernikahan Soekarno dengan Inggit Garnasih berakhir. Inggit menolak dipoligami dan memilih pulang ke Bandung.

Tanggal 1 Juni 1943, Soekarno dan Fatmawati menikah. Soekarno berusia 42 tahun dan Fatma 20 tahun. Setelah Indonesia merdeka, Fatma menjadi ibu negara yang pertama. Dia juga yang menjahit bendera pusaka merah putih.

Dari Fatmawati, Soekarno mendapatkan lima orang anak. Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.


4. Hartini

Hartini adalah wanita setia yang sempat mengisi hidup Soekarno. Saat dipinang oleh sang proklamator pada 1953, Hartini berumur 29 tahun dan berstatus janda lima anak.

Pernikahan keduanya diawali oleh pertemuan di Candi Prambanan, Jawa Tengah, saat sang kepala negara mengadakan kunjungan kerja. Sumber lain menyebutkan, pertemuan di candi itu adalah kelanjutan cinta pandangan pertama keduanya di rumah dinas Wali Kota Salatiga, setahun sebelumnya.

Dari Soekarno, Hartini melahirkan dua anak, yakni Taufan Soekarnoputra dan Bayu Soekarnoputra. Hartini tetap menjadi istri saat masa kekuasaannya Soekarno sudah memasuki usia senja.

Hartini juga tetap mempertahankan status pernikahan hingga ajal menjemput Soekarno. Di pangkuan Hartinilah, Putra Sang Fajar menghembuskan napas terakhirnya di RS Gatot Subroto pada 21 Juni 1970.


5. Ratna Sari Dewi

Ratna Sari Dewi adalah wanita kelima yang dinikahi Soekarno. Lahir dengan nama Naoko Nemoto di Tokyo, 6 Februari 1940, Dewi dinikahi sang proklamator saat usia 19 tahun. Dari Soekarno, yang ketika itu berumur 57 tahun, Dewi mempunyai satu anak yaitu Kartika Sari Dewi Soekarno.

Kisah pertemuan Soekarno dan Dewi cukup menarik. Gadis Jepang itu berkenalan dengan Soekarno lewat seseorang ketika Bung Karno berada di Hotel Imperial, Tokyo. Sebelum menjadi istri Soekarno, Dewi adalah seorang pelajar sekaligus entertainer. Gosip beredar bahwa dia adalah seorang geisha. Namun rumor itu berkali-kali dibantahnya.

Dalam 'A Life in the Day of Madame Dewi' diceritakan, setelah bercerai dengan Soekarno, Dewi kemudian pindah ke berbagai negara di Eropa termasuk Swiss, Perancis, dan Amerika Serikat. Pada 2008, ia menetap di Shibuya, Tokyo, Jepang.

Dewi pernah membuat kontroversi pada 1998, saat dia berpose untuk sebuah buku foto berjudul 'Madame Syuga'. Di buku itu, ditampilkan Dewi dengan pose-pose setengah bugil dan menampakkan seperti tato.


6. Haryati

Sebelum dinikahi Soekarno pada 1963, Haryati adalah mantan penari istana sekaligus Staf Sekretaris Negara Bidang Kesenian. Karena pekerjaannya itulah, Haryati dekat dengan sang proklamator.

Melihat kemolekan Haryati, Soekarno bak arjuna yang tak henti mengirim rayuan kepada wanita berusia 23 tahun itu. Bahkan, status Haryati sebagai kekasih orang lain, tak membuat Soekarno mundur untuk meluapkan rasa cintanya.

Hati Haryati pun akhirnya jebol dan tak kuasa menolak pinangan sang kepala negara. Soekarno dan Haryati akhirnya menikah pada 21 Mei 1963. Namun selang tiga tahun, Haryati diceraikan tanpa anak. Soekarno beralasan sudah tidak cocok. Saat itu, Soekarno juga sedang dekat dengan Ratna Sari Dewi.


7. Yurike Sanger

Pertama kali Presiden Soekarno bertemu dengan Yurike Sanger pada tahun 1963. Kala itu Yurike masih yang masih berstatus pelajar menjadi salah satu anggota Barisan Bhinneka Tunggal Ika pada acara Kenegaraan.

Pertemuan itu rupanya langsung menarik perhatian Sang Putera Fajar. Perhatian ekstra diberikan sang presiden kepada gadis bau kencur itu, mulai dari diajak bicara, duduk berdampingan sampai diantar pulang ke rumah.

Rupanya, benih-benih cinta sudah mulai di antara keduanya. Singkat waktu, Bung Karno menyatakan perasaannya dan menyampaikan ingin menikah dengan sang pujaan hati. Seutai kalung pun diberikan ke Yurika.

Akhirnya, Bung Karno menemui orangtua Yurike. Pada 6 Agustus 1964, dua anak manusia yang tengah dimabuk cinta itu menikah secara islam di rumah Yurike. Berjalannya waktu, ternyata pernikahan ketujuh Sang Proklamator berjalan singkat.

Kondisi Bung Karno pada 1967 yang secara de facto di makzulkan sebagai presiden, berdampak pada kehidupan pribadi. Didasari rasa cinta yang luar biasa, Bung Karno yang menjadi tahanan rumah di Wisma Yoso menyarankan agar Yurike meminta cerai. Akhirnya perceraian itu terjadi, meski keduanya masih saling cinta.


8. Kartini Manoppo

Sosok wanita ini merupakan salah satu istri yang paling dicintai oleh Soekarno. Menikah dengan Kartini Manoppo, Bung Karno dikarunia anak Totok Suryawan Sukarno pada 1967. Keduanya menikah pada 1959.

Awal mula Bung Karno jatuh hati pada wanita yang pernah jadi pramugari Garuda Indonesia itu saat melihat lukisan karya Basuki Abdullah. Sejak saat itu, Kartini tak pernah absen tiap kali Bung Karno pergi ke luar negeri.

Kartini merupakan wanita asal Bolaang Mongondow, Sulawesi. Dia terlahir dari keluarga terhormat, sehingga Kartini menutup rapat-rapat pernikahannya dengan Bung Karno. Sejarah mencatat, Kartini merupakan istri kedelapan Sang Putera Fajar.


9. Heldy Djafar

Heldy Djafar merupakan istri terakhir Soekarno, istri kesembilan. Keduanya menikah pada 1966, kala itu Bung Karno berusia 65 tahun sedangkan Heldy gadis asal Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur itu, masih berusia 18 tahun.

Pernikahan keduanya hanya bertahan dua tahun. Kala itu situasi politik sudah semakin tidak menentu. Komunikasi tak berjalan lancar setelah Soekarno menjadi tahanan di Wisma Yaso, Jalan Gatot Subroto. Heldy sempat mengucap ingin berpisah, tetapi Soekarno bertahan. Soekarno hanya ingin dipisahkan oleh maut.

Akhirnya, pada 19 Juni 1968 Heldy 21 tahun menikah lagi dengan Gusti Suriansyah Noor. Kala itu Heldy yang sedang hamil tua mendapat kabar Soekarno wafat. Soekarno tutup usia 21 Juni 1970, dalam usia 69 tahun.

Dipublikasi ulang oleh : Rukmiaji Muhammad

Pemimpin PKI Yang Ganas Ini Ternyata Anak Seorang Kyai Terpandang


Masih ingat pelajaran Sejarah zaman sekolah tentang "Pemberontakan PKI Madiun 1948" kan? Kalau masih ingat pasti tahu atau kenal dengan pemimpinnya yang namanya Musso.

Ini nih tampang si Musso:

Nah Musso ini bersama pengikutnya amat ditakuti karena banyak membantai orang-orang di Madiun yang tidak mau mendukung gerakannya. Oh ya, saat itu kita masih zaman revolusi perang mempertahankan kemerdekaan melawan Belanda.

Maaf saya tidak bisa menampilkan gambar-gambar korban pembantaian yang dilakukan oleh mereka demi alasan kemanusiaan.

Namun salah satu fakta yang mengejutkan yang ternyata tidak kita ketahui adalah ternyata Musso adalah anak pesantren. Bapaknya adalah pemimpin pondok pesantren dan sekaligus merupakan Kyai terpandang di Kediri. Dan sampai saat ini masih ada tetangganya/saksi mata yang kenal dia dan masih hidup disana.

Saya jadi bertanya-tanya: Apakah Komunis itu atheis?

Dipublikasi ulang oleh : Rukmiaji Muhammad

Misteri Wangsit Siliwangi dan Muksonya (Menghilang) Prabu Siliwangi



Ketegangan antara Prabu Siliwangi dan Pangeran Cakrabuana memuncak setelah hubungan antara Cirebon-Demak semakin mesra di satu pihak, dan di pihak lain Pajajaran sendiri mulai main mata dengan Portugis yang baru menguasai Malaka. Kemesraan hubungan Cirebon-Demak ditandai dengan dipersatukannya para putra kedua negeri itu dalam ikatan perkawinan. Sementara penjajakan kerja sama yang dilakukan Pajajaran dengan Portugis yang membuat Cirebon-Demak panas dingin, dilakukan salah satu alasannya mengantisipasi kekuatan maritim Cirebon-Demak. Pelanggaran Cirebon yang membuat Prabu Siliwangi mempersiapkan pasukan perang secara besar-besaran adalah kenyataan di mana Tumenggung Jagabaya yang diutus untuk menyelesaikan masalah justru tak kembali ke Pajajaran. Pergeseran kehidupan akibat hadirnya Islam ini, dinilai menjadi sumber petaka bagi Pajajaran.

Sejatinya ketidaksenangan Prabu Siliwangi bukan terhadap Kesultanan Cirebon dan Islam semata, melainkan karena hubungan dengan Demak yang terlalu akrab pemicu membuncahnya kemarahan. Selangkah sebelum genderang perang ditabuh, purohita Pajajaran, Ki Purwagalih mengingatkan.

″Cirebon sebenarnya bukan siapa-siapa sekalipun akhir-akhir ini sering berulah. Bukankah Syarif Hidayatullah yang menjadi Susuhunan Jati sekarang adalah putra dari Nyimas Ratu Rarasantang, putri Gusti Prabu sendiri? Bukankah Pangeran Cakrabuana yang tak lain adalah Prabu Anom Walangsungsang, putra Gusti Prabu sendiri? Bagaimana tanggapan negeri-negeri sahabat juga Portugis yang telah bersedia untuk kerja sama, jika seorang kakek memerangi cucunya sendiri dengan pasukan perang luar biasa seperti ini? Ampun Gusti Prabu, aku terlalu lancang bicara seperti ini!” jelas Ki Purwagalih menunduk makin dalam. Prabu Siliwangi mendengus pada angin.


Wangsit Prabu Siliwangi




Wangsit Prabu Siliwangi mengandung hakekat yang sangat tinggi oleh karena di dalamnya digambarkan situasi kondisi sosial beberapa masa utama dengan karakter pemimpinnya dalam kurun waktu perjalanan panjang sejarah negeri ini pasca kepergian Prabu Siliwangi (ngahyang/menghilang). Peristiwa itu ditandai dengan menghilangnya Pajajaran.

Sesuai sabda Prabu Siliwangi bahwa kelak kemudian akan ada banyak orang yang berusaha membuka misteri Pajajaran. Namun yang terjadi mereka yang berusaha mencari hanyalah 0rang-orang sombong dan takabur.

Seperti diungkapkan dalam naskah tersebut berikut ini :
”Ti mimiti poé ieu, Pajajaran leungit ti alam hirup. Leungit dayeuhna, leungit nagarana. Pajajaran moal ninggalkeun tapak, jaba ti ngaran pikeun nu mapay. Sabab bukti anu kari, bakal réa nu malungkir! Tapi engké jaga bakal aya nu nyoba-nyoba, supaya anu laleungit kapanggih deui. Nya bisa, ngan mapayna kudu maké amparan. Tapi anu marapayna loba nu arieu-aing pang pinterna. Mudu arédan heula.”

Artinya :
“Semenjak hari ini, Pajajaran hilang dari alam nyata. Hilang kotanya, hilang negaranya. Pajajaran tidak akan meninggalkan jejak, selain nama untuk mereka yang berusaha menelusuri. Sebab bukti yang ada akan banyak yang menolak! tapi suatu saat akan ada yang mencoba, supaya yang hilang bisa ditemukan kembali. Bisa saja, hanya menelusurinya harus memakai dasar. Tapi yang menelusurinya banyak yang sok pintar dan sombong. Dan bahkan berlebihan kalau bicara.”

Namun dalam naskah Wangsit Siliwangi ini dikatakan bahwa pada akhirnya yang mampu membuka misteri Pajajaran adalah sosok yang dikatakan sebagai ”Budak Angon” (Anak Gembala). Sebagai perlambang sosok yang dikatakan oleh Prabu Siliwangi sebagai orang yang baik perangainya.

”Sakabéh turunan dia ku ngaing bakal dilanglang. Tapi, ngan di waktu anu perelu. Ngaing bakal datang deui, nulungan nu barutuh, mantuan anu sarusah, tapi ngan nu hadé laku-lampahna. Mun ngaing datang moal kadeuleu; mun ngaing nyarita moal kadéngé. Mémang ngaing bakal datang. Tapi ngan ka nu rancagé haténa, ka nu weruh di semu anu saéstu, anu ngarti kana wangi anu sajati jeung nu surti lantip pikirna, nu hadé laku lampahna. Mun ngaing datang; teu ngarupa teu nyawara, tapi méré céré ku wawangi.”

Artinya :
”Semua keturunan kalian akan aku kunjungi, tapi hanya pada waktu tertentu dan saat diperlukan. Aku akan datang lagi, menolong yang perlu, membantu yang susah, tapi hanya mereka yang bagus perangainya. Apabila aku datang takkan terlihat; apabila aku berbicara takkan terdengar. Memang aku akan datang tapi hanya untuk mereka yang baik hatinya, mereka yang mengerti dan satu tujuan, yang mengerti tentang harum sejati juga mempunyai jalan pikiran yang lurus dan bagus tingkah lakunya. Ketika aku datang, tidak berupa dan bersuara tapi memberi ciri de¬ngan wewangian.”

Selanjutnya dikatakan juga apa yang dilakukan oleh sosok ”Budak Angon” ini sbb :
”Aya nu wani ngoréhan terus terus, teu ngahiding ka panglarang; ngoréhan bari ngalawan, ngalawan sabari seuri. Nyaéta budak angon; imahna di birit leuwi, pantona batu satangtungeun, kahieuman ku handeuleum, karimbunan ku hanjuang. Ari ngangonna? Lain kebo lain embé, lain méong lain banténg, tapi kalakay jeung tutunggul. Inyana jongjon ngorehan, ngumpulkeun anu kapanggih. Sabagian disumputkeun, sabab acan wayah ngalalakonkeun. Engke mun geus wayah jeung mangsana, baris loba nu kabuka jeung raréang ménta dilalakonkeun. Tapi, mudu ngalaman loba lalakon, anggeus nyorang: undur jaman datang jaman, saban jaman mawa lalakon. Lilana saban jaman, sarua jeung waktuna nyukma, ngusumah jeung nitis, laju nitis dipinda sukma.”

Artinya :
”Ada yang berani menelusuri terus menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa. Dialah Anak Gembala; Rumahnya di belakang sungai, pintunya setinggi batu, tertutupi pohon handeuleum dan hanjuang. Apa yang dia gembalakan? bukan kerbau bukan domba, bukan pula harimau ataupun banteng, tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui, tapi akan menemui banyak sejarah/kejadian, selesai jaman yang satu datang lagi satu jaman yang jadi sejarah/kejadian baru, setiap jaman membuat sejarah. Setiap waktu akan berulang itu dan itu lagi.”

Dari bait di atas digambarkan bahwa sosok ”Budak Angon” adalah sosok yang misterius dan tersembunyi. Apa yang dilakukannya bukanlah seperti seorang penggembala pada umumnya, akan tetapi terus berjalan mencari hakekat jawaban dan mengumpulkan apa yang menurut orang lain dianggap sudah tidak berguna atau bermanfaat. Dalam hal ini dilambangkan dengan ranting daun kering dan tunggak pohon. Sehingga secara hakekat yang dimaksudkan semua itu sebenarnya adalah hal-hal yang berkaitan dengan sejarah kejadian (asal-usul/sebab-musabab) termasuk karya-karya warisan leluhur seperti halnya yang kita baca ini. Dimana hal-hal semacam itu karena kemajuan jaman oleh generasi digital sekarang ini dianggap sudah usang/kuno tidak berguna dan bermanfaat. Pada akhirnya yang tersirat dalam hakekat perjalanan panjang sejarah negeri ini adalah berputarnya Roda Cokro Manggilingan (pengulangan perjalanan sejarah).

Bung Karno (Presiden I Indonesia) Di Wangsit Siliwangi



Di dalam wangsit Sang Prabu Siliwangi juga dikatakan akan munculnya sosok pemimpin negeri ini dengan ciri-ciri sebagai berikut:

”Laju ngadeg deui raja, asalna jalma biasa. Tapi mémang titisan raja. Titisan raja baheula jeung biangna hiji putri pulo Dewata. da puguh titisan raja; raja anyar hésé apes ku rogahala!”

Artinya :
”Lalu berdiri lagi penguasa yang berasal dari orang biasa. Tapi memang keturunan raja dahulu kala dan ibunya adalah seorang putri Pulau Dewata. Karena jelas keturunan raja; penguasa baru susah dianiaya!”

Siapakah sosok yang dimaksud dalam bait ini? Dia adalah Soekarno, Presiden RI pertama. Ibunda Soekarno adalah Ida Ayu Nyoman Rai seorang putri bangsawan Bali. Ayahnya seorang guru bernama Raden Soekeni Sosrodihardjo. Namun dari penelusuran secara spiritual, ayahanda Soekarno sejatinya adalah Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X. Nama kecil Soekarno adalah Raden Mas Malikul Koesno. Beliau termasuk ”anak ciritan” dalam lingkaran kraton Solo. Pada masa kepemimpinan Soekarno banyak terjadi upaya pembunuhan terhadap diri beliau, namun selalu saja terlindungi dan terselamatkan.

Selanjutnya setelah berganti masa digambarkan bahwa semakin maju semakin banyak penguasa yang buta tuli, memerintah sambil menyembah berhala. Kondisi ini melambangkan pemimpin yang tidak mau mengerti penderitaan rakyat. Memerintah tidak dengan hati tapi segala sesuatunya hanya mengandalkan akal pikiran/logika dan kepentingan pribadi ataupun kelompok sebagai berhalanya. Sehingga yang terjadi digambarkan banyak muncul peristiwa di luar penalaran. Menjadikan orang-orang pintar hanya bisa omong alias pinter keblinger.

Dipublikasi ulang oleh : Rukmiaji Muhammad

10 Cara Eksekusi Mati Paling Brutal Dan Sadis


ang selalu diperdebatkan, tetapi tidak selalu begitu kontroversial. Eksekusi telah menjadi hukuman akhir dalam masyarakat manusia sejak peradaban dibentuk dan bahkan kesamaan. Cara eksekusi ada yang sangat brutal dan bervariasi, dan di sini adalah 10 cara yang paling kuat, menakutkan, dan eksekusi kekerasan:

Walking the Plank
Cara ini digunakan bajak laut untuk menghukum sandera nya, dilakukan dengan cara berjalan diatas papan, ditodongkan pedang dan akhirnya jatuh ke dalam laut.




Cement Shoes
Gangster modern mengambil cara hukuman ini untuk klien yang tidak mereka sukai, sepatu yang tidak bisa dilepas. Biasa nya mereka menjatuhkan orang yang mereka hukum kedalam air.




Seppuku
Seppuku adalah ritual bunuh diri diamanatkan dalam budaya Jepang yang dilakukan hampir seluruhnya oleh Samurai, sebagai bagian dari kode kehormatan mereka (Bushido). Untuk mencegah diri dari jatuh ke tangan musuh, atau untuk pulih dari tindakan buruk atau memalukan, pemenggalan dilakukan oleh teman dekat.



The Gridiron
Hukuman ini sangat mengerikan, orang tinggal dalam api yang sangat panas dengan tempat tidur batubara. Sebuah eksekusi ketidakpuasan dan mereka yang dianggap khianat, hal ini merupakan cara yang mengerikan untuk mati.




The Brazen Bull
Banteng yg terbuat dari perunggu Kuningan ini cukup besar, muat untuk orang dewasa. Bahwa pelaku akan ditempatkan di dalam perut binatang itu, dan disegel di dalam. Pemanas akan ditempatkan langsung di bawah banteng hingga korban menjerit dan asap pembakaran akan keluar dari mulut sapi. Ini dramatis, penyiksaan sadis untuk mati.




The Gas Chamber
Gas Chamber ada pada masa Holocaust dalam Perang Dunia II, dan digunakan sebagai alat eksekusi sejak 1924, sampai kasus terakhir pada tahun 1999. Pada akhir abad 20, ruangan seperti ini dilarang sebagai hukuman. Kejam dan tidak biasa, karena beberapa kasus narapidana dapat bertahan hingga 11 menit untuk mati, mempengaruhi masyarakat untuk menolak itu sebagai pilihan.



The Firing Squad
Cara ini bekerja mulai saat ada nya senapan, beberapa orang yg ada sebagai regu tembak bersiap untuk mengeksekusi tahanan. Tetapi hanya akan ada setengah nya yang berisi perluru pada senapan. Semua menembak tetapi hanya sebagian yang terisi.



The Electric Chair
Seperti kamar gas, kursi listrik dianggap sebagai kemajuan manusia, dengan menggunakan kekuatan ilmu untuk membuat suatu alat yang bisa mengeksekusi manusia dengan sekejap. Terkadang orang yang dieksekusi terbakar dan mengeluarkan darah.




Crushing (Pressing)
Eksekusi ini dilakukan dengan cara menggencet korban dengan apapun yang sangat berat, bahkan hingga korban hancur dan akhirnya meninggal. Eksekusi dengan cara ini memang tidak populer, tetapi sangatlah menyeramkan.



Burned at the Stake
Dibakar adalah klise film umum (seperti walking in the plank) yang populer terutama karena kekejaman, dan membutuhkan persiapan yang intensif, seperti potongan kayu secara perlahan ditempatkan di sekitar korban, diikat dengan posisi di tengah. Mati oleh api dikatakan salah satu cara yang sangat menyakitkan, cukup mudah untuk mengetahui bagaimana penyiksaan hingga kematian.

Dipublikasi ulang oleh : Rukmiaji Muhammad

Kaum yang dijungkirbalikan dan dimusnahkan


Nabi Luth
Nabi Luth hidup semasa Nabi Ibrahim.Luth diutus sebagai Rosul atas salah satu kaum tetangga Ibrahim.Kaum ini,sebagaimana diutarakan oleh Al-Quran melakukan tindakan menyimpang yang belum dikenal dunia saat itu,yaitu perilaku sodomi.
Ketika Luth menyeru mereka untuk menghentikan penyimpangan tersebut dan menyampaikan peringatan dari Allah,mereka mengabaikannya,mengingkari kenabiannya dan meneruskan penyimpangan mereka,sehingga kaum ini dimusnahkan dengan bencana yang mengerikan.


Ayat yang menerangkan penghancuran kaum ini adalah sebagai berikut:
Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur,ketika matahari akan terbit.Maka Kami jadikan bahagian diatas kota itu terbalik kebawah dan Kami hujani mereka dengan batu belerang yang keras.Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda /kebesaran Kami bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda.dan sesungguhnya Kota itu benar-benar terletak dijalan yang masih tetap /dilalui manusia. Q.S Al-Hijr,15:73-76

Maka tatkala datang azab Kami,kami jadikan negeri kaum Luth itu yang atas kebawah/kami balikan,dan kami hujani mereka dengan batu belerang tanah yang terbakar secara bertubi-tubi,yang diberi tanda oleh Tuhanmu dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim .Q.S Huud,11:82-83

kemudian kami binasakan yang lain,dan kami hujani mereka dengan hujan batu belerang,maka amat kejamlah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu.sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti yang nyata.dan adalah kebanyakan dari mereka itu tidak beriman.dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Q.S Asy-Syuaraa,26:172-175


Tempat TInggal Kaum Nabi LuthKota kediaman nabi Luth dalam perjanjian lama disebut sebagai Kota Sodom . berada diutara laut merah kaum ini diketahui telah dihancurkan sebagaimana termaktub dalam Al-Quran.berdasarkan kajian Arkeologis mengungkapkan bahwa kota tersebut berada diwilayah Laut mati yang terbentang memanjang diantara perbatasan Israel-Yordania.

Tanda-Tanda Nyata di Danau Luth/Laut Matikejadian yang menimpa kaum Luth yang disebutkan didalam al-Quran berdasarkan perkiraan terjadi sekitar 18oo SM.Berdasarkan pada penelitian arkeologis dan geologis,peneliti Jerman Werner Keller mencatat bahwa kota Sodom dan Gomorah benar-benar berada di Lembah Siddim yang merupakan daerah terjauh dan terendah dari danau Luth dan bahwa pernah terdapat situs yang besar dihuni di daerah itu.Daerah ini dulunya dapat dilintasi dengan berjalan kaki. namum sekarang Lembah Siddim,tempat Sodom dan Gomorah dahulunya berada ditutupi oleh permukaan datar bagian Laut mati yang rendah.keruntuhan dasar danau akibat bencana alam mengerikan yang terjadi di awal alaf kedua SM mengakibatkan air garam dari utara mengalir ke rongga yang baru terbentuk ini dan memenuhi lembah sungai dengan air asin.

ayat ke 82 surat Huud dengan jelas menyebutkan jenis bencana yang menimpa kaum Luth Maka tatkala datang azab Kami,kami jadikan negeri kaum Luth itu yang atas kebawah/kami balikan,dan kami hujani mereka dengan batu belerang tanah yang terbakar secara bertubi-tubi
pernyataan menjungkirbalikan kota bermakna kawasan tersebut dihancurkan oleh gempa bumi yang dahsyat.sebagaimana yang diungkapkan oleh Werner Keller:
bersama dengan dasar dari retakan yang sangat lebar ini,yang persis melewati daerah ini,lembah Siddim termasuk Sodom dan Gomorrah,dalam suatu hari terjerumus kekedalaman.kehancuran mereka terjadi melalui sebuah peristiwa gempa bumi dahsyat yang mungkin disertai dengan letusan,petir,keluarnya gas alam serta lautan api.

Danau Luth/laut mati terletak tepat dipuncak suatu kawasan seismik aktif yaitu daerah gempa bumi.
dasar dari Laut Mati berdekatan dengan reruntuhan yang berasal dari peristiwa tektonik lembah ini terletak pada sebuah tegangan yang merentang antara danau Tiberiya diutara dan tengah-tengah danau Arabah di selatan.

National Geografic edisi desember 1957 menyatakan sebagai berikut:
Gunung Sodom,tanah gersang dan tandus muncul secara tajam diatas laut mati.belum pernah seorang pun yang menemukan kota sodom dan Gomorrah yang dihancurkan,namun para akademisi percaya bahwa mereka berada di Lembah siddim yang melintang dari tebing terjal ini.kemungkinan air bah dari laut mati menelan mereka setelah gempa.

Dipublikasi ulang oleh : Rukmiaji Muhammad

Legenda Preman Medan Yang Jadi Pahlawan Dan Dermawan



Siapa saja sosok preman Medan yang melegenda? HMY Effendi Nasution dan Sahara Oloan Panggabean boleh jadi masuk dalam golongan ini. 

Ada banyak alasan sehingga HMY Effendi Nasution yang dikenal dengan Pendi Keling dan Sahara Oloan Panggabean atau Olo Panggabean sebagai legenda. Kiprah keduanya semasa hidup setidaknya pernah membuat preman Medan tak lagi berkutat di pinggir jalan. 




Dimulai dari Pendi Keling. Petinju ini berhasil mempersatukan para preman di Medan pada awal 1960-an sehingga mereka menjadi kekuatan politik.

"Waktu itu kami anak jalanan biasanya ada di bioskop-bioskop. Kami hidup dari black market. Catut film. Kalau ada band-band yang datang dari Jakarta, mudah-mudahan kami bisa mencatut. Nanti donatur-donatur bilang suruh jaga, kita jaga," kata Anwar Congo, salah seorang rekan Pendi Keling. 

Upaya Pendi Keling menyatukan rekan-rekannya dalam satu organisasi berhasil membuat mereka tak lagi disebut preman. Mengusung panji Pemuda Pancasila, mereka ikut membasmi simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI). 




Tindakan mereka berbuah manis. Pemuda Pancasila pun menjelma menjadi organisasi kepemudaan besar di negeri ini. Di bawah kepemimpinan Pendi Keling, para preman yang umumnya mangkal di bioskop-bioskop menjelma menjadi orang terpandang dan tak jarang punya peran di dunia politik.

Karena kiprahnya, Pendi Keling pun mendapat julukan Singa Sumatera. Dia juga sempat dipercaya menjadi anggota MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) di Jakarta, selama dua tahun sejak 1968.

Pendi Keling meninggal dunia 26 Agustus 1997, pada usia 63 tahun. Jalan HMY Efendi Nasution yang ditabalkan sebagai nama salah satu jalan di Kota Medan mengabadikan legendanya. 




Sementara itu, bekas anggota Pendi Keling, Olo Panggabean punya kisah tak kalah mentereng. Namanya menanjak setelah keluar dari Pemuda Pancasila dan membentuk Ikatan Pemuda Karya (IPK) pada 28 Agustus 1969 dan membangun 'kerajaannya'. 

Di masa jayanya, Olo Panggabean kerap dikaitkan dengan perjudian yang pernah sangat marak dan bebas di Kota Medan. Pria kelahiran Tarutung 24 Mei 1941 ini juga dipanggil sebagai Ketua.

Tak banyak orang yang bertemu langsung dengan Olo Panggabean. Wajahnya juga sangat jarang diabadikan kamera wartawan. Sepak terjangnya pun hanya jadi cerita dari mulut ke mulut, dan tak ada upaya membuktikan kebenarannya.




Begitupun, karisma nama Olo Panggabean di Sumut melebihi para pejabat. 'Gedung Putih, kediamannya di Jalan Sekip, Medan, pun tak kalah kondang.

Penghormatan orang kepada Olo Panggabean bisa dilihat saat dia berulang tahun, Natal dan Tahun Baru. Jajaran papan bunga ucapan selamat, termasuk dari para pejabat, memenuhi kawasan sepanjang Jalan Sekip dan jalan-jalan sekitarnya.

Meski sering dikaitkan dengan 'dunia hitam', Olo Panggabean juga dikenal sebagai sosok dermawan. Dia banyak membantu warga tidak mampu. Salah satu contohnya adalah ketika Olo Panggabean membiayai operasi pemisahan bayi kembar siam Angi-Anjeli di Singapura pada 2004.




Bintang Olo Panggabean kemudian meredup sejak jabatan Jenderal Sutanto menjabat Kapolri pada 2005. Praktik perjudian di Sumut, yang sering dikaitkan dengannya, diberantas habis sampai ke akar-akarnya.

Olo Panggabean meninggal dunia karena sakit di RS Glenegles, Medan pada Kamis,30 April 2009. Dia kemudian dimakamkan di Tanjung Morawa, Deliserdang.

Dipublikasi ulang oleh : Rukmiaji Muhammad

Kisah Oey Tambahsia Sang Playboy Batavia



Memasuki kawasan Glodok setelah melewati Pancoran terletak Jalan Toko Tiga. Kita tidak tahu dinamakan demikian. Tapi ada yang menyebutkan awalnya merupakan jalan dengan tiga toko. Orang Tionghoa menyebutnya Sha Keng Tho Kho. Dahulu di Jalan Toko Tiga Glodok, terdapat sejumlah toko tembakau, yang sekarang masih dapat kita jumpai dalam jumlah tidak banyak.

Paruh pertama abad ke-19, tepatnya pada 1830′an, di kawasan Toko Tiga terdapat sebuah toko tembakau terbesar di Batavia. Pemiliknya adalah Oey Thay, yang berasal dari Pekalongan. Waktu itu dagang tembakau sangat menguntungkan. Maklum di Batavia sebagian besar warganya memakan sirih. Hingga di rumah-rumah terdapat tempat sirih dan tempolong (kaleng) untuk membuang ludah sirih.

Oey Thay sangat dikenal dan disegani masyarakat. Ia memiliki empat anak, satu wanita yang kemudian menikah dengan putri Bupati Pekalongan. Karena kedekatannya dengan Mayor der Chinezen, ia pun diangkat sebagai Lieutnan der Chinezen, untuk kawasan Kali Besar. Kala itu, pemimpin masyarakat Tionghoa diberi pangkat tituler: Mayor, Kapten, dan Letnan.




Oey Thay meninggal dalam usia 50 tahun, meninggalkan harta warisan bejibun bagi keluarganya. Beberapa bidang tanah sangat luas di Pasar Baru, Curug, Tangerang dengan sewa 95 ribu gulden setahun. Waktu itu dengan uang 10 gulden orang sudah bisa hidup sederhana. Selain itu, ia mewariskan sejumlah rumah, uang, perhiasan yang jumlahnya melebihi dua juta gulden.

Hanya beberapa gelintir orang yang dapat dihitung dengan jari yang memiliki kekayaan sebesar itu. Harta warisan yang konon tidak habis untuk tujuh turunan ini, membuat salah seorang putranya, Oey Tambahsia lupa diri. Berbekal dengan ketampanan yang luar biasa, Oey menjadi seorang remaja yang gemar berfoya-foya, dan mengejar para wanita. Ia kerap menghabiskan waktu berkuda keliling kota dengan pakaian mewah, ditemani beberapa centeng.

Di kudanya yang diimpor dari Australia, Oey muda dengan matanya jelalatan mencari gadis-gadis molek untuk dirayu. Tak sedikit keluarga yang menyembunyikan anak gadisnya dibalik pintu rumah tertutup dapat karena takut terlihat pria hidung belang ini. Ia juga dikenal sebagai orang yang suka menghambur-hamburkan uang. Di Jalan Toko Tiga, terdapat sebuah sungai yang kala itu airnya masih jernih.

Tiap pagi, saat Oey Tambahsia buang air besar di kali tersebut, belasan orang menunggunya. Karena saat ia cebok menggunakan uang kertas untuk membersihkannya. Saat itu mereka yang telah menunggunya, saling rebutan. Hingga seringkali sampai ada yang luka-luka. Setelah mencari gadis yang akan dijadikan umpan, sang playboy kemudian mengalihkan operasinya ke daerah Senen. Secara kebetulan, ia melihat seorang gadis molek dari keluarga Sim saat muncul dari balik pintu. Padahal ketika itu, gadis-gadis Tionghoa, seperti juga pribumi dipingit. Sulit keluar rumah tanpa ditemani orang tua dan kerabatnya.

Gadis itu akhirnya menjadi istrinya. Pesta pernikahannya disebut-sebut sebagai pernikahan terbesar yang tak ada tandingannya di Batavia. Begitu meriahnya pesta perkawinan memanggil wayang Cina, tayuban, arak-arakan, dan kembang api. Tidak tanggung-tanggung pesta ini berlangsung selama beberapa hari. Karuan saja membuat Mayor Cina Tan Eng Goang yang tinggal di jalan yang sama jadi geram.

Demikian pula Dewan Cina yang merasa dilangkahi karena Oey mengadakan pesta dan menutup jalan tanpa meminta izin kepadanya. Ternyata pesta besar dan meriah tidak menjamin kelanggengan rumah tangga suami istri ini. Hanya berlangsung beberapa minggu saja setelah perkawinan, istrinya di sia-siakan. Si tampan kembali pada kebiasaannya berfoya-foya.

Ia memiliki vila di Ancol bernama Bintang Mas. Tempat ia melampiaskan hawa nafsunya. Bahkan, saat berada di Pekalongan untuk menghadiri acara keluarga, ia jatuh cinta pada seorang pesinden. Perempuan tersebut dibawa ke Batavia. Ketika kakak Guncing bernama Sutedjo datang ke Batavia, Oey menjadi cemburu. Karena Guncing minta kakaknya tinggal bersama mereka dan memberikan kain batik buatannya sendiri. Oey pun memerintahkan dua orang kaki tangannya untuk menghilangkan Sutedjo.

Harta dan kekuasaan telah membutakannya. Ia menjadi pembunuh berdarah dingin. Ia juga telah menghilangkan nyawa menantu Mayor Cina yang menjadi pesaingnya dibidang bisnis. Masih banyak lagi kejahatan yang dilakukannya.

Hingga akhirnya ia pun dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung. Ketika ia naik ke tiang gantungan, Oey Tambahsia berjalan tegak dengan tangan terikat. Sang algojo kemudian menendang dingklik (tempat pijakan kaki yang dipakai berdiri). Dan terjeratlah leher Oey, terkapar dan mati dalam usia 31 tahun.

Dipublikasi ulang oleh : Rukmiaji Muhammad