Selamat datang di "PunyaKita" blog. Blog 1semua ini merupakan bagian dari tampungan ragam informasi yang diperuntukkan bagi siapa saja untuk menambah wawasan baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk lingkungan di sekitar kita

Kamis, 11 Oktober 2012

Kesaktian Kebo Kyai Slamet Keraton Solo


Kesaktian Yang Mengejutkan
Pada zaman Sultan Agung pernah terjadi peristiwa mengejutkan.  Ada perkampungan yang dilanda kebakaran hebat. Saking besarnya api hampir ke kawasan Keraton Mataram. Anehnya, setiap jilatan api, tidak mampu melewati ATAP sebuah kandang. Walaupun tempat lain di dekat kandang sudah dilalap api. Dalam keadaan demikian membuat masyarakat yang melihat bingung dan berita tersebut sampai kepada sang Raja. Maka diperintah para punggawa untuk menanggulanginya.
Setelah api dapat dipadamkan, menghadaplah seorang Demang kepada Sultan Agung dan menceritakan keanehan kandang hewan yang beratap rumbia itu. Kandang tetap utuh dan tanaman di sekitarnya juga tak terlihat gosong.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkxpqkPFrGt1pg5DCYHxuWlqGMQtrPbJRcvqZ2P0WevWpH3YX5QuWChPGCnhxaPa8OzibZvPEA49F_mbIPrPItolFeGOFVv5NAPblJTjDuW6cYXob1UJLQD_wVCozDGGfIPltwTazFGYQE/s320/kebo.jpg
Hal ini membuat Sultan Agung heran, dalam hati tidak percaya. Untuk membuktikannya, sang Raja turun kedaton, melihat secara langsung kandang tersebut.
Secara logika tidak mungkin terjadi sebab di sekitar kandang sudah rata jadi abu, maklum zaman dulu memang bangunannya dari kayu dan bambu, namun kandang itu tetap utuh. Setelah diperiksa Sultan Agung,  isi kandang tersebut berisi seekor Kebo bule sedang makan rumput. Sementara sang pemiliknya mempunyai sebuah Tombak yang ampuh, katanya.
Baru saja melihat keajaiban itu, terdengar suara hiruk pikuk dari warga kampung bahwa ada kebakaran kembali. Kobaran apinya sulit dipadamkan. Atas perintah Sultan Agung, Kebo Bule dan Tombak itu agar dibawa ke sana dan mengelilingi tempat yang dilanda kebakaran itu. Aneh bin ajaib, begitu Kerbau dan Tombak mengelilingi rumah yang dilanda api, seketika padam tinggal asap membumbung tinggi.
Sejak saat itulah Kerbau serta Tombak beserta pemiliknya menjadi milik Keraton dan diberi nama Kebo Kyai Slamet dan Tombak Kyai Slamet. Slamet di sini artinya SELAMAT, sebab keduanya ternyata mampu menyelamatkan bencana kebakaran. Sementara pemilinya diangkat menjadi punggawa Keraton dengan pangkat Ki Lurah Maesaprawira.
http://data.tribunnews.com/foto/berita/2010/12/7/kebo2.jpg
Keunikan Sang Kebo
Pintu Gerbang Keraton Surakarta sebelah selatan ada pasar tradisional namanya Pasar Gading, sebelum akhirnya dipindah ke daerah Gemblegan, walau saat ini pasar tersebut sudah menjadi pangkalan mobil, tapi masih banyak sisa-sisa pedagang yang menggelar dagangannya di situ.
Pasar Gading dulu sangat ramai sekali, utamanya hari Minggu. Kebo Kyai Slamet ini sering berkeliaran sekitar pasar tersebut. Tetap anehnya,  sang Kebo tidak mau mengganggunya, walau banyak pedagang sayur mayur
dan buah-buahan bertebaran. Ketika lapar sang Kebo hanya makan singkong rebus dan pisang goreng.

Tentu saja pedagang yang dagangannya dimakan sang Kebo bukannya marah, justru girang sekali, sebab dianggap NGALAP BERKAH atau “pelarisan” dan bisa mendapatkan banyak rejeki. Kenyataannya yang dagangannya  dimakan Kebo Kyai Slamet selama 40 hari dagangannya larisnya bukan main, konon tidak sampai satu jam sudah ludes terjual.
http://catatanaqilazizi.files.wordpress.com/2011/06/kerbau-1.jpg
Suka Merantau
Keunikannya Kebo Kyai Slamet ada lagi, sebelum 1 Syura, tepatnya pada malam Jumat, Kyai Slamet sering mengembara berbulan-bulan lamanya. Perantauannya sampai Boyolali, Wonogiri, Salatiga, Magelang, sehingga jarang sekali berada di Kraton. Selama merantau tidak ada yang berani mengusiknya. Namun pernah terjadi seseorang mencoba mengikat Kyai Slamet. tidak sampai seperempat jam orang tadi terjatuh dan pingsan. Dari anjurang orang tua, disuruh melepaskan tali pengikat tersebut, baru siuman kembali.
Hebatnya lagi, jika menjelang 1 Syura Kebo bule ini pasti pulang. Dan sekarang sudah dibuatkan kandang permanen di Alun-alun Kidul agar tidak lagi merantau, setiap hari menjadi tontonan masyarakat yang ingin menyaksikannya hingga kini, apalagi Alun-alun Kidul sudah ditata lebih rapi.
Memang Kebo Kyai Slamet dan Tombak Kyai Slamet lewat keturunannya akhirnya menjadi milik Kasunanan. Keduanya memang tidak dapat dipisahkan terkait dengan sejarahnya. Apalagi dalam tatacara KIRAB PUSAKA, pasti Kebo Kyai Slamet diiringi Tombak Kyai Slamet. Makna dari itu adalah sebagai TOLAK BALA untuk menyingkirkan “pengganggu” Keraton dan seisinya.


Dipublikasi ulang oleh : Rukmiaji Muhammad

1 komentar:

  1. Pantesan, ini cerita mistiknya sehingga orang-orang "kehilangan" akalnya sampai terfitnah mengagungkannya. Coba kira-kira kerbau itu disembelih, apakah bisa menyelamatkan dirinya? Bagaimana mungkin bisa dianggap sakti. Bagaimana mungkin hanya seekor kerbau mampu menolak bala

    BalasHapus